Tari Sulawesi Selatan

Tari Sulawesi Selatan – Keragaman jenis tarian yang ada di Indonesia menandakan kreativitas warganya yang tersalurkan dengan baik.

Termasuk di antaranya tari Sulawesi Selatan yang ikut memberikan kekayaan budayanya sampai sekarang masih dilestarikan.

Sebagai bentuk kesenian, tarian memberikan sumbangsih berharga. Tidak saja dikenal mempunyai unsur hiburan dan estetika namun manfaat bagi warganya.

Sejarah Tari Sulawesi Selatan

Tari Sulawesi Selatan adalah tari tradisional yang berasal dari wilayah Sulawesi Selatan di Indonesia. Tarian ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan budaya lokal.

Beberapa teori mengenai asal-usul tari Sulawesi Selatan adalah bahwa tari tersebut berasal dari zaman kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan yang dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Islam.

Tarian ini juga dapat dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan adat seperti upacara pernikahan, penyambutan tamu, maupun sebagai hiburan di acara-acara tertentu.

Ada banyak jenis tari tradisional Sulawesi Selatan, seperti Tari Pakarena dari Makassar, Tari Ma’gandangi dari Toraja, Tari Salo-Salo dari Bugis, dan masih banyak lagi.

Setiap jenis tari memiliki ciri khasnya sendiri, baik dalam gerakan, kostum, maupun latar belakang sejarahnya.

Dalam perkembangannya, tari Sulawesi Selatan terus mengalami perubahan dan penyesuaian dengan zaman.

Namun, nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam tarian tersebut tetap dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Hari ini, tari Sulawesi Selatan telah menjadi bagian penting dari kebudayaan Indonesia dan terus dipelajari dan dipertunjukkan di berbagai acara dan festival seni di seluruh negeri.

Macam-Macam Tari Sulawesi Selatan

Selain Sumatera Barat, Sulawesi Selatan diketahui banyaknya kesenian tari yang dimilikinya. Disebutkan sudah ada 316 tarian yang ada di provinsi ini.

98 di antaranya ialah tarian asal Bugis, Makassar mempunyai 66 tarian, lalu ada 116 tarian dari Mandar dan 36 tarian Toraja. Berikut ini daftar tarian yang terkenal asal Sulsel:

Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena

Tidak sah bila membicarakan tarian khas Sulawesi Selatan tanpa mengulas tarian Kipas Pakarena. Tarian yang ada sejak zaman kerajaan Gantarang ini mempunyai popularitas tinggi, menjadikannya ikon kebudayaan dari Sulawesi Selatan.

Jika menilik sejarahnya, tarian ini berfungsi sebagai bentuk pemujaan terhadap para dewa. Namun berkat kemenarikan dan keunikannya, banyak orang tertarik mempelajari dan menyaksikannya.

Terbukti saat ini Kipas Pakarena menjadi hiburan bagi kebanyakan orang dari dalam atau luar Sulsel dan dipelajari di berbagai fakultas kebudayaan dan sanggar tari.

Baca Juga:  Tari Jambi 

Tari Ma’Badong

Tari Ma’Badong

Tarian asal Sulawesi Selatan ini bagian Rambu Solo, diketahui sebagai upacara kematian. Para penarinya dijuluki dengan Pa’badong, dengan formasi tarian membentuk sebuah lingkaran.

Penari yang membawakan Ma’badong berpegangan tangan sambil mengaitkan jari kelingking. Tari ini dipimpin seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Keduanya memimpin tarian dan melantunkan syair yang bernama kadong badong. Kemudian para penari akan berbalasan mengikuti syair tersebut.

Aturan yang berlaku ialah jumlah tarian ini minimal lima orang. syairnya sangat terstruktur karena melihatkan riwayat hidup seseorang yang sudah meninggal, mulai dirinya lahir sampai hari wafatnya.

Tari Bosara

Tari Bosara

Bosara ialah tari Sulawesi Selatan yang dibawakan sebagai adat penyambutan pada tamu kehormatan.

Pada waktu itu, tarian ini ditampilkan di berbagai acara penting dalam acara menjamu raja-raja sambil disuguhkan kue tradisional.

Bukan saja sebagai bentuk penyambutan, Bosara biasa ditampilkan dalam pada seperti pernikahan sampai khitanan.

Arti kata bosara sendiri ialah satu kesatuan yang utuh, terbagi dalam piring.

Tari Pattennung

Tari Pattennung

Tari ini mengulas wanita Toraja yang sedang menenun dengan ulet, mulai dari benang hingga akhirnya menjadi kain.

Meski ceritanya sederhana, namun nilai yang diajarkan pada tarian ini begitu mendalam yaitu mengenai ketekunan dan kesabaran.

Dengan dua aspek ini, manusia bisa mengarahkan kehidupannya dengan lebih bijak.

Tarian ini dibawakan menggunakan pakaian khas seperti baju bodo yang panjang, hiasan bangkara, rante ma’bule, lipaq sabbe, dan properti tambahan yaitu sarung lempar.

Tarian dibawakan bersama iringan musik tradisional ialah gendang dan suling untuk menambah kesan tenang sekaligus dinamis.

Tari Manimbong

Tari Manimbong

Tarian ini ialah bagian dari suku Toraja, biasanya dibawakan kaum lelaki sebagai tradisi pada upacara Rambu Tuka. Dalam upacara ini, warga mengungkapkan syukurnya pada sang pencipta atas berkah yang diberikan padanya.

Rambu Tuka sendiri berarti syukur. Keunikan tarian ini ialah banyaknya penari yang terlibat, mulai 20 hingga 30 penari yang didominasi laki-laki dewasa.

Untuk busana, para penari menggunakan seppa tallu buku dengan tambahan kain Toraja.

Baca Juga:  Tari Kalimantan

Tari Ma’randing

Tari Ma’randing

Ma’randing asalnya dari “randing”, kata yang berarti “mulia”. Tarian ini biasanaya dipentaskan sebagai bagian dari acara pemakaman besar dari orang kasta tinggi.

Untuk menampilkan tarian ini, penari menggunakan pakaian perang khas Sulawesi Selatan dengan properti senjata seperti pedang dan perisai besar.

Tidak hanya berfokus pada kemampuan hebat, namun menunjukkan keteguhan hati dan kekuatan dari seseorang yang sudah meninggal tersebut.

Tari Pakkuru Sumange

Tari Pakkuru Sumange

Harapan yang disertakan pada tarian Pakkuru Sumange ialah kedamaian, berkah dari Tuhan, rezeki, dan ketenangan untuk berpikir dan bertindak dengan bijak.

Biasanya tarian ini dibawakan sebagai bentuk penyambutan pada tamu. Memohon doa restu, keakraban, dan persahabatan tergambar melalui gerakan, penampilan, dan musik yang mengiringi pertunjukan tari ini.

Tari Sere Bissu Maggiri

Tari Sere Bissu Maggiri

Bissu berarti pendeta yang dianggap campuran dari laki-laki dan perempuan di warga Bugis.

Hasil kebudayaan dari kerajaan Bone yang pertama ini ialah tarian istimewa, karena dibawakan sebagai pemanggilan roh.

Tarian pemanggilan roh ini berkembang dan mengalami modifikasi.

Akhir Kata

Itulah ulasan lengkap tari tradisional sulawesi selatan yang masih terjaga keasliannya. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.