Rumah Adat Sunda

Suku Sunda ternyata mempunyai beberapa rumah adat yang dahulunya mereka pakai sebagai tempat tinggal dan lainnya.

Rumah adat suku Sunda biasanya terbuat dari bahan dasar bambu dan kayu.

Selain itu, kolong dari rumah panggung biasa digunakan sebagai tempat untuk beternak ayam dan menyimpan berbagai alat pertanian.

Sejarah Rumah Adat Sunda

Rumah Adat Sunda

Sejarah awal dari rumah adat Sunda tidak dapat dipastikan secara pasti, namun diperkirakan telah ada sejak masa prasejarah. Bentuk rumah adat Sunda pada awalnya sederhana, terbuat dari bahan alam seperti kayu, bambu, dan daun rumbia.

Dalam perkembangannya, rumah adat Sunda mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, terutama setelah pengaruh budaya Hindu-Buddha masuk ke wilayah Jawa Barat pada abad ke-4 Masehi.

Pada masa pemerintahan kerajaan Hindu-Buddha, rumah adat Sunda mengalami pengaruh dari arsitektur Hindu dan Budha, seperti penambahan ornamen hiasan pada atap dan dinding rumah.

Selain itu, adanya kerajaan-kerajaan kecil di daerah Jawa Barat juga memberikan pengaruh pada perkembangan rumah adat Sunda.

Pada masa penjajahan Belanda, rumah adat Sunda mengalami pengaruh arsitektur Eropa, terutama pada penambahan bahan-bahan modern seperti kaca dan besi pada rumah adat Sunda yang masih ada saat ini.

Setelah Indonesia merdeka, rumah adat Sunda tetap menjadi simbol kearifan lokal dan menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang populer di Indonesia.

Rumah adat Sunda memiliki bentuk dan karakteristik yang unik, seperti atap yang berbentuk limas atau gunung, terdiri dari beberapa tingkat, dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Rumah adat Sunda juga memiliki ruang yang berfungsi untuk berbagai kegiatan, seperti ruang keluarga, ruang tidur, ruang dapur, dan ruang penyimpanan.

Dalam tradisi masyarakat Sunda, rumah adat Sunda memiliki nilai simbolik yang tinggi, terutama dalam upacara adat dan pernikahan.

Rumah adat Sunda juga dianggap sebagai simbol keberlanjutan dan kesatuan keluarga, serta melambangkan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan.

Dalam era modern ini, rumah adat Sunda masih dipertahankan dan dikembangkan sebagai warisan budaya yang berharga.

Beberapa upaya dilakukan untuk mempromosikan rumah adat Sunda, seperti mengadakan festival budaya, pembangunan pusat seni dan budaya, serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga warisan budaya tersebut.

Nama Rumah Adat Sunda

Rumah tradisional Sunda mempunyai beberapa jenis dengan gaya arsitektur, filosofi, dan fungsi yang berbeda.

Rumah Adat Julang Ngapak

Rumah Adat Sunda

Rumah tradisional Sunda yang pertama adalah rumah adat Julang Ngapak, Julang Ngapak mempunyai arti sebagai burung yang sedang mengepakkan sayapnya.

Hal demikian bisa dilihat dari posisi atap rumah yang cenderung lebih melebar ke sisi samping seperti burung yang membuka sayapnya.

Atap rumah tradisional tersebut dibuat dari bahan dasar seperti alang-alang, ijuk, dan daun rumbia.

Semua bahan tersebut dikumpulkan dan disatukan menjadi sebuah kerangka atap.

Meski memakai bahan yang terbilang sangat sederhana, namun rumah tersebut masih aman dari bocor saat sedang hujan.

Pada bagian atap tersebut ada pelengkap yang mempunyai bentuk cagak gunting (capit hurang).

Pelengkap tersebut berfungsi sebagai antisipasi supaya air tidak merembes ke dalam rumah.

Sedangkan untuk menopang kerangka atap tersebut, suku Sunda memilih memakai bambu yang sudah di sirih menjadi empat bagian.

Rumah adat Julang Ngapak masih bisa ditemukan di berbagai kampung adat yang ada di daerah Kuningan dan Tasikmalaya.

Rumah Adat Jolopong

Rumah Adat Sunda

Rumah tradisional suku Sunda berikutnya adalah Jolopong, rumah adat ini masih sangat mudah dijumpai di daerah pedesaan.

Rumah adat Jolopong mempunyai bentuk atap seperti pelana yang memanjang.

Atap tersebut dibagi menjadi dua bagian, kedua bagian atap dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah.

Batang suhunan tersebut mempunyai panjang yang sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap.

Selain itu, rumah ini hanya terdiri dari beberapa ruangan saja, seperti emper (teras), tengah imah (ruang tengah), pankeh (kamar), serta pawon (dapur).

Selain itu, di dalam rumah in ada ruangan bernama padaringan yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan beras.

Ada satu ruang lagi bernama tepas, ruangan tersebut difungsikan untuk menerima tamu.

Rumah adat Jolopong masih dapat ditemukan dengan mudah di daerah perdesaan Garut, tepatnya di Kampung Dukuh.

Rumah Adat Capit Gunting

Rumah Adat Sunda

Sesuai dengan namanya, rumah adat Capit Gunting memang mempunyai bentuk atap yang mirip dengan gunting.

Bagian ujung atap ada sebuah ornamen berbentuk X yang terbuat dari kayu atau bambu.

Secara menyeluruh, rumah adat Capit Gunting berbentuk persegi yang memanjang ke belakang.

Selain itu, ada juga ruangan untuk menyimpan beras yang disebut dengan padaringan, dan ruangan untuk menerima tamu atau tepas.

Rumah Adat Buka Pongpok

Rumah Adat Sunda

Rumah adat suku Sunda selanjutnya adalah rumah adat Buka Pongpok.

Rumah adat ini dinamakan rumah adat Buka Pongpok karena mempunyai bentuk pintu masuk yang sejajar dengan salah satu ujung atap (suhunan).

Rumah Adat Tagog Anjing

Rumah Adat Sunda

Rumah tradisional suku Sunda berikutnya ialah rumah adat Tagog Anjing, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti anjing duduk.

Rumah adat ini mempunyai bentuk atap segitiga dengan atap yang lain menghadap ke arah depan, membuat rumah ini terlihat seperti anjing yang sedang duduk.

Atap tersebut menyatu pada rumah yang berbentuk persegi panjang dan memanjang ke belakang.

Kemudian pada bagian teras ada sorondoy (atap yang menyambung) dimana atap tersebut berfungsi untuk melindungi dari sinar matahari secara langsung.

Rumah adat Tagog Anjing ini masih bisa ditemukan di daerah Garut, Jawa Barat.

Rumah Adat Badak Heuay

Rumah Adat Sunda

Rumah adat Badak Heuay sendiri bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti Badak Menguap.

Nama tersebut dipilih karena rumah adat mempunyai bentuk atap yang terlihat seperti badak yang sedang menguap.

Biasanya, rumah adat ini dibuat dari bahan dasar kayu dan tanah liat sebagai gentengnya.

Atap rumah adat Badak Heuay dibagi menjadi dua jenis atap yaitu atap besar dan atap kecil.

Atap besar berfungsi untuk menaungi rumah bagian belakang, sementara atap kecil berfungsi untuk menaungi bagian depan.

Bagian depan rumah adat Badak Heuay biasa difungsikan sebagai tempat untuk menerima tamu pria.

Rumah adat ini masih bisa dijumpai di daerah Sukabumi, Jawa Barat.

Rumah Adat Parahu Kamureb

Rumah Adat Parahu Kamureb

Rumah adat Parahu Kamureb jika dilihat bangunannya, rumah ini mempunyai bentuk seperti perahu terbalik.

Karena memang, secara harafiah parahu kamureb mempunyai arti perahu yang terbalik.

Lalu dua bagian lain yang ada di bagian kanan dan kiri, mempunyai bentuk segitiga.

Struktur bangunan pada bagian depan dibuat sedikit agak menjorok ke dalam guna untuk membuat tambahan teras.

Selain itu, biasanya warga Sunda akan membuat temoat duduk yang dibuat dari bambu atau yang biasa disebut dengan Golodog.

Meski bentuknya sangat unik, namun rumah adat Parahu Kamureb mempunyai kekurangan yaitu rawan bocor saat musim penghujan datang.

Hal demikian dikarenakan bagian atap rumah adat ini mempunyai banyak sambungan.

Bentuk rumah adat Parahu Kamureb masih bisa ditemukan di daerah Ciamis, Garut, dan Tasikmalaya.

Baca Juga:  Rumah Adat Kalimantan Barat

Rumah Adat Jubleg Nangkub

Rumah Adat Sunda

Secara harfiah, rumah adat ini mempunyai arti lesung (alat menumbuk padi) yang menelungkup.

Rumah adat Jubleg Nangkub adalah sebuah simbol kepribadian warga yang sopan, ramah, dan bersahaja.

Selain itu, rumah ini melambangkan tanah yang subur, indah, dan makmur.

Keunikan Rumah Adat Sunda

"Keunikan

Rumah tradisional sunda memiliki keunikan dalam hal arsitektur dan bahan bangunannya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri keunikan rumah adat ini.

Bentuk rumah yang unik

Rumah tradisional memiliki bentuk atap yang khas, yaitu berbentuk limas atau tumpang tujuh. Atap ini dibuat dengan tujuan untuk menghindari kelembaban di dalam rumah saat musim hujan.

Konstruksi rumah yang kokoh

Rumah tradisional sunda dibangun dengan konstruksi yang kuat dan kokoh, menggunakan kayu ulin atau bambu sebagai rangka utama dan dinding terbuat dari anyaman bambu atau rotan. Pada bagian bawah rumah terdapat tiang-tiang yang berfungsi sebagai penyangga struktur rumah.

Sentuhan seni pada ornamen

Ornamen pada rumah adat ini memiliki nilai seni yang tinggi, seperti ukiran kayu, patung-patung, dan ukiran-ukiran di tiang-tiang penyangga. Ornamen-ornamen ini seringkali menggambarkan nilai-nilai adat dan budaya Sunda.

Keterkaitan dengan alam

Rumah tradisional sunda dirancang dengan memperhatikan keterkaitan antara manusia dengan alam sekitarnya. Hal ini tercermin pada pemilihan bahan bangunan yang diambil dari alam seperti kayu dan bambu.

Kepraktisan dan fleksibilitas

Rumah tradisional sunda dirancang dengan memperhatikan kepraktisan dan fleksibilitas penggunaannya. Misalnya, dinding-dinding dalam rumah bisa dibuka atau ditutup sesuai dengan kebutuhan dan kondisi cuaca.

Fungsinya yang beragam

Rumah tradisional sunda tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, namun juga berfungsi sebagai tempat berkumpul, bekerja, dan beribadah. Hal ini tercermin pada perancangan ruang-ruang dalam rumah yang memiliki fungsi yang beragam dan fleksibel.

Akhir Kata

Terdapat 8 rumah tradisional Sunda yang mempunyai ciri khas, gaya arsitektur, filosofi, keunikan, dan fungsi yang berbeda.

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.